MATA KULIAH MOTOR BAKAR


BAB I. JENIS BAHAN BAKAR

Bahan bakar adalah bahan bahan yang di gunakan dalam proses pembakaran. Tanpa adanya bahan bakar tersebut pembakaran tidak akan mungkin dapat berlangsung. Banyak sekali  jenis bahan bakar yang kita kenal dalam kehidupan kita sehari –hari.
Penggolongan ini dapat dibagi berdasar dari asalnya bahan bakar dapat di bagi menjadi tiga golongan, yaitu:
(1) bahan bakar nabati,
 (2) bahan bakar mineral
(3) bahan bakar fosil.
Apabila dilihat dari bentuknya, maka bahan bakar di bagi menjadi tiga bentuk, yaitu:
(1) bahan bakar padat,
(2) bahan bakar cair,
(3) bahan bakar gas.

Macam-macam Bahan Bakar Minyak  yang berasal dari bahan bakar fosil :
A. Bensin
Bensin adalah hidrokarbon yang dibentuk oleh C7H16  dan C8H18
yang mempunyai kemampuan untuk menguap pada suhu rendah. dan juga dapat digunkan pada mesin kompressi tinggi pada kondisi biasa.

Bensin  pada dasarnya adalah persenyawaan jenuh dari hidro karbon, dan merupakan komposisi  isooctane dengan  normal-heptana.Serta senyawa molekulnya tergolong dalam kelompok senyawa hidrokarbon alkana.

Kualitas bensin dinyatakan dengan angka oktan, atau octane number. Angka octan adalah prosentase volume isooctane di dalam campuran antara isooctane dengan normal heptana yang menghasilkan intensitas knocking atau daya ketokan dalam proses pembakaran ledakan dari bahan bakar yang sama dengan bensin yang bersangkutan.
Bensin yang ada di pasaran di kenal ada tiga kelompok :
·        Regular  – grade
·        Premium – grade
·        Third-grade Gassoline

.
Adapun di-Indonesia pertamina mengelompokkanya menjadi : bensin, premium, aviation gas dan super.
Berdasarkan jumlah C7H16 dan C8H18  bensin dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
·        Premium ( 87 % C8H18 dan 13% C7H16), memiliki rasio kompressi (7-9 :1)
·        Pertamax ( 92 % C8H18dan 8% C7H16), memiliki perbandingan kompressi ( 9-10 : 1)
·        Pertamax plus ( 95 % C8H18 dan 5% C7H16), memiliki perbandingan kompressi ( 10-11 :1 )
·        Untuk jenis bensin yang memiliki 100% C8H18 sering digunakan pada kejuaraan F1 dan MOTO GP. 2.


A.1.Premium
Premium merupakan campuran hidrokarbon parrafins, olefin, napthenes, dan aromatic.
Komposisi premium bervariasi tergantung pada sumber minyak bumi dan proses refining.
Bensin juga dikenal dengan sebutan gasoline/petrol, yang efisien digunakan pada mesin dengan pengapian  busi.
Premium mempunyai :
·        temperatur nyala minimum 360 ΒΊC.
·        Angka oktan premium RON (Research Octan Number) minimal 88, MON (Motor Ocian Number) 83-90
·        Nilai kalor 44585 kj/kg
·        (A/F)s 14.6
·        Berat jenis 0.723 gr/cm3.

Biasanya untuk meningkatkan angka oktan pada premium ditambahkan zat anti knock seperti : TEL (Tetra Ethyl Lead) dan TML (Tetra Methyl Lead) yang merupakan aditif anti knock yang sangat efisien. Tetapi senyawa ini mengandung logam berat (timbal) yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.


A.2. Pertamax
Pertamax adalah motor gasoline tanpa timbal dengan kandungan aditif lengkap generasi mutakhir yang dapat membersihkan Intake Valve Port Fuel Injector dan ruang bakar dari karbon deposit.

Pertamax mempunyai :
RON 92 (Research Octane Number) yang dianjurkan juga untuk kendaraan berbahan bakar bensin dengan perbandingan kompresi tinggi.
Diketahui bahwa karena kadar oktan yang terkandung dalam pertamax lebih tinggi dibandingkan premium, mengakibatkan produk bensin super ini diyakini dapat memberikan prestasi mesin yang lebih bagus dan perawatan mesin lebih baik dibanding menggunakan premium. Pertamax memiliki nilai oktan 92 dengan stabilitas oksidasi yang tinggi dan kandungan olefin, aromatic dan benzene-nya pada level yang rendah sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna pada mesin. Dilengkapi dengan aditif generasi 5 dengan sifat detergency yang memastikan injector bahan bakar, karburator, inlet valve dan ruang bakar tetap bersih untuk menjaga kinerja mesin tetap optimal.

Pertamax sudah tidak menggunakan campuran timbal dan metal lainnya yang sering digunakan pada bahan bakar lain untuk meningkatkan nilai oktan sehingga Pertamax merupakan bahan bakar yang sangat bersahabat dengan lingkungan sekitar.

B. Solar
Solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi mentah,  bahan bakar ini mempunyai warna kuning cokelat yang jernih.
Sering disebut dengan istilah : gas oil, ADO, HSD, atau Dieseline.
Minyak solar ini  biasanya digunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis motor Diesel dan juga sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung di dalam dapur  – dapur kecil yang menghendaki hasil pembakaran yang bersih.
Solar memiliki sifat-sifat :
·        Pada temperatur biasa, artinya pada suhu kamar tidak menguap.
·        Titik nyalanya jauh lebih tinggi dari pada bahan bakar bensin.
·        Kualitas solar dinyatakan dengan angka setane atau cetane number (CN).
Bilangan setane yaitu besar prosentase volume normal cetane dalam campuranya dengan methylnapthalene yang menghasilkan karakteristik pembakaran yang sama dengan solar yang bersangkutan 
Secara umum solar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
·        Light Diesel Fuel (LDF) mempunyasi CN = 50,
·        Medium Diesel Fuel (MDF) mempunyasi CN = 50, dan
·        Heavy Diesel  Fuel (HDF) mempunyasi CN = 35.

C. Syarat-syarat bahan bakar untuk motor bakar.
C.1. Adapun syarat – syarat bensin yang baik dan memberikan
       kerja mesin yang baik, yaitu sebagai berikut:
·        Mudah terbakar, artinya mampu tercipta pembakaran serentak di dalam ruang  bakar dengan sedikit knocking atau dentuman,
·        Mudah menguap, artinya bensin harus mampu membentuk uap dengan mudah untuk memberikan campuran udara dengan bahan bakar yang tepat saat menghidupkan mesin yang masih dingin,
·        Tidak beroksidasi dan bersifat pembersih, artinya sedikit perubahan kualitas dan  perubahan bentuk selama di simpan. Selain itu juga bensin harus mencegah  pengendapan pada sistem intake,
·        Angka octane, adalah suatu angka untuk mengukur bahan bakar bensin terhadap daya anti knock characteristic. Bensin dengan nilai oktan yang tinggi akan tahan terhadap timbulnya engine knocking.

C.2.A dapun syarat – syarat solar yang baik dan memberikan
       kerja mesin yang baik, yaitu sebagai berikut:
·        Tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan dan berbau,
·        Encer dan tidak menguap di bawah temperatur normal,
·        Titik nyala tinggi (40°C sampai 100°C),
·        Terbakar spontan pada 350°C, sedikit di bawah bensin,
·        Berat jenis 0,82 s/d 0,86,
·        Menimbulkan panas yang besar (10,500 kcal/kg), dan
·        Mempunyai kandungan sulfur yang lebih besar di banding dengan bensin.
·        Mudah terbakar, artinya waktu tertundanya pembakaran harus pendek/singkat, sehingga mesin mudah dihidupkan. Solar harus memungkinkan kerja mesin yang lembut dengan sedikit knocking,
·        Tetap encer pada suhu dingin (tidak mudah membeku), menunjukan Solar harus tetap cair pada suhu rendah sehingga mesin akan mudah di hidupkan dan berputar lembut.
·        Daya pelumasan, artinya Solar juga berfungsi sebagai pelumas untuk pompa injeksi dan nossel. Oleh karena itu harus mempunyai sifat dan daya lumas yang  baik.
·        Kekentalan, berkait dengan syarat melumas dalam arti Solar harus memiliki kekentalan yang baik sehingga mudah untuk dapat di semprotkan oleh injektor
·        Kandungan sulfur, karakteristik Sulfuir yang dapat merusak pemakaian komponen mesin sehingga mempersyaratkan kandungan sulfur solar harus sekecil mungkin (< 1 %).
·        Angka cetane, Yaitu suatu cara untuk mengontrol bahan bakar solar dalam kemampuan untuk mencegah terjadinya knocking, tingkat yang lebih besar memiliki kemampuan yang lebih baik.


D.Penyimpanan Bahan Bakar Minyak

Cara penyimpanan yang aman untuk bahan bakar yaitu sebagai berikut.

·        Selama penyimpanan pada tangki, kualitas bahan bakar dapat meningkat karena kotoran yang bercampur selama proses dan pengeringan dapat berpisah, disamping itu, air yang ada dalam bahan bakar mengendap sehingga bahan bakar menjadi lebih murni.
·        Timbulnya oksidasi apabila penyimpanannya terlalu lama. Untuk mengatasinya dilakukan pembungkusan dengan gas nitrogen. Oksidasi berbahaya karena dapat menghasilkan kotoran dan bensin mudah terbakar apabila temperature naik.



E.Proses Pembakaran Bensin dan Solar Di Dalam Mesin
 Pembakaran adalah reaksi antara bahan bakar dengan udara (oksigen/O2 ) yang terjadi pada suhu yang merupakan titik bakar bahan bakar untuk menghsilkan panas serta  panas dan nyala.
Pada proses pembakaran bensin, ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar proses pembakaran dapat terjadi yaitu:
·        adanya bahan bakar ( bensin )
·        oksigen dan nyala api.

Untuk mendapatkan pembakaran sempurna, maka campuran bahan bakar dan udara yang ideal adalah 15 kg udara dengan 1 kg bensin atau setara dengan 900 liter udara dengan 1 liter bensin.
Untuk reaksi pembakaran bensin dapat dituliskan sebagai  berikut.
C + O2 → CO2
2C + O2 → 2CO2
H2 + O2 → 2H2O
S + O2 →SO2
C8H18 + 12,5O2 + N2 → 9H2O + 8CO2 + N2 + ENERGI

Sedangkan proses pembakran pada bahan bakar solar adalah udara yang diisap ke dalam ruang bakar akan dikompresi oleh gerakan piston. Bahan bakar diinjeksikan pada pada langkah kompresi tinggi ,sehingga tekanan dan  suhu dicapai tinggi. Akibatnya, bahan bakar terbakar dengan sendirinya oleh udara kompresi. Suhu udara kompresi harus di atas 500 C0 (9320 F).



BAB II UDARA PEMBAKARAN

 A.Udara
Udara sangat dibutuhkan dalam proses pembakaran karena dalam udara terdapat zat pembakar. Di dalam udara luar tidak hanya terdiri dari zat pembakar (zat asam) saja, tetapi juga terdapat bermacam gas lain.
Prosentase menurut volume gas-gas yang terkandung pada udara adalah :
·        Zat pembakar (zat asam) ± 21%
·        (2) Zat lemas (nitrogen) ± 79%
·        (3) Gas + kotoran ± 1%.
Untuk prosentase menurut  beratnya, secara teoritis udara yang dipakai dalam pembakaran biasa terdiri atas :
·        23% zat asam
·        77% zat lemas.

Udara yang dimasukkan untuk proses pembakaran harus sesuai dengan kebutuhan, agar di dapat campuran yang baik antara bahan bakar minyak dan udara, serta membantu proses perambatan pembakaran yang menghasilkan energi panas.
Jika perbandingan antara bahan bakar minyak dan udara tidak benar, maka akan menimbulkan gangguan pada proses pembakaran yang tidak sempurna.
Akibatnya mempengaruhi daya yang dihasilkan, oleh karena itu mengetahui kebutuhan udara dalam proses pembakaran merupakan hal yang sangat penting.



B. Suhu
Suhu, yang dimaksud adalah merupakan temperatur awal pada proses pembakaran terjadi, apabila yang diisap udara bertemperatur terlalu panas akan terjadi detonasi karena campuran bahan bakar dengan udara akan terbakar sebelum saat yang ditentukan. Suhu awal dari pembakaran dapat mempengaruhi proses perambatan panas, sehingga sebaran panas yang diberikan dapat terjadi seketika berupa ledakan yang mampu memberikan energi spontan yang cukup besar. Di bagian lain kepadatan udara panas akan memuai, sehingga campuran bahan bakar dengan udara di dalam pengisian silinder menjadi tinggi kerapatan gasnya yang mempermudah proses pembakaran spontan. Walau demikian pada titik suhu tertentu yang tinggi memungkinkan terjadi gejala pukulan atau knoking. Kesulitan semacam ini akan timbul juga bila alat notspot pada motor yang sudah panas masih bekerja seperti gambar di bawah ini. Kemungkinan dapat terjadi bahwa campurannya sudah berubah seluruhnya menjadi gas pada waktu memasuki lubang isian, sehingga pengisian silinder menurun dan disebabkan oleh suhu batas flash point dapat memperbesar kemungkinan terbakar sendiri. Bila motor sudah panas, alat hotspot jangan bekerja lagi.

C. Tekanan dari Udara
Besarnya tekanan udara tergantung dari letaknya terhadap permukaan laut. Makin tinggi kita berada makin dinginlah udaranya, dengan perkataan lain, mungkin berkuranglah kepadatannya. Kebutuhan oktan dari motor pada bermacam-macam ketinggian di atas permukaan laut.  Akibatnya adalah bahwa pengisian udara ke dalam silinder berkurang sehingga campurannya menjadi lebih kaya. Dengan demikian nilai kritis untuk terbakar sendiri kurang dapat tercapai. Kelemahan dalam hal ini adalah bahwa pengisian silinder berkurang yang menyebabkan tenaga motor makin menurun pada putaran tinggi. Pengisian di bawah tekanan dengan kompresor, sehingga kepadatan udara meningkat, memperbesar kemungkinan terbakar sendiri.

D. Kelembaban dari Udara
Pada peningkatan derajat kelemahan udara berkurang kemungkinan untuk terbakar sendiri. Ini disebabkan oleh butir-butir air yang ikut terisap, dengan udara mempunyai sifat mendinginkan campuran gas. Sebaliknya campuran tadi akan menjadi lebih miskin, karena uap air menempati tempat bahan bakar. Ketetapan pukulan yang menjadi lemah dapat diperbaiki oleh pendinginan butir-butir air tersebut. Pada umumnya derajat kelembaban yang besar meningkatkan pengisian silinder. Hal ini dapat dirasakan dengan jelas sewaktu motor berjalan.

E.Perbandingan Bahan Bakar Udara
Perbandingan antara bahan bakar dengan udara, terlepas dari kecepatan pembakarannya ternyata bahwa kemungkinan besar untuk terbakar sendiri itu menurut teori adalah 1 : 12 s/d 14,8.  

Apabila campurannya lebih kaya atau lebih miskin, berkuranglah nilainya untuk dapat terbakar sendiri. Dengan demikian akan terdapat dampak sama seperti pada pengapian lambat.
Demikian juga sebaliknya untuk campuran yang gemuk, membuat tingkat kepekatan yang berat dengan masa gas yang tinggi, sehingga memungkinkan ada sebagian gas yang belum terbakar ikut terbuang bersama gas bekas. Pembakaran menjadi tidak sempurna dan gas bekas banyak mengandung unsur-unsur bahan bakar yang terbuang tersebut.

F.Angka Kelebihan Udara
Yang dimaksud dengan angka kelebihan udara ialah perbandingan antara banyaknya udara yang sesungguhnya dalam silinder dan banyaknya udara yang dibutuhkan menurut teori untuk satu kali pembakaran.  
Kebutuhan udara tergantung dari unsur-unsur yang ada dalam bahan bakar. Apabila 1 kg bahan bakar mengandung unsur C%, H%, dan S% maka : Untuk pembakaran 1 kg C dibutuhkan 2kg O atau 11,5 kg udara. Untuk pembakaran 1 kg H dibutuhkan 8 kg O2 atau 34,5 kg udara. Untuk pembakaran 1 kg S dibutuhkan 1 kg O2 atau 4,3 kg udara. Jadi kebutuhan O2 untuk pembakaran bahan bakar yang mengandung C%, H%, dan S% adalah = 32,2 . C + 8 . H2 + S . kg Harga ini merupakan kebutuhan teoritis. Sedang kebutuhan O2 sebenarnya adalah kebutuhan O2 teoritis dikurangi O2 yang terkandung dalam bahan bakar.



BAB III. PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PADA
MOTOR BAKAR

A Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)
Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan salah satu parameter yang penting di dalam suatu motor bakar.
Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC) ukuran ekonomi pemakaian bahan bakar yang terpakai per jam untuk setiap daya kuda yang dihasilkan.
Sebelum menghitung konsumsi bahan bakar spesifik, maka harus menghitung konsumsi bahan bakar terlebih dahulu.
Konsumsi bahan bakar per jam :
mf” = 3,6[𝑏𝑑] x πœŒπ‘π‘  ( kg/jam).........................[1]
mf” = (mf) (N)(n)   (kg/menit)
dimana :
mf”    = Laju masa konsumsi bahan bakar (kg / satuan waktu)
b       = volume bahan bakar yang dipakai dalam pengujian (cc)
t         = waktu diperlukan dalam detik (s)
ρbb   = massa jenis bahan bakar (kg/I)
mf     = massa bahan bakar (kg/cylinde-cycle)
N       = jumlah silinder
N       = rpm mesin

Perbandingan udara-fuel = AF , 

AF = massa udara (ma) / Massa fuel (mf)

FA = 1 / AF

Atau :

AF = mf” / ma

ma”    = Laju masa konsumsi udara (kg / satuan waktu)

maka spesifik konsumsi bahan bakar :
SFC = π‘šπ‘“”𝑃        ( kg/KWh) ...........................[2]

dimana :
SFC = konsumsi bahan bakar spesifik (kg/kWh)
Mf”    = konsumsi bahan bakar (kg/jam)
P       = daya (kW)


B. Nilai Kalor Bahan Bakar
Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas. Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor bahan bakar(Calorific Value, CV ).
Nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nilai kalor bawah.
Nilai kalor atas ( High Heating Value,HHV ),merupakan nilai kalor yang diperoleh secara experiment dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan mengeluarkan panas latennya.
Secara teoritis, besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung bila diketahui komposisi bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan berikut:

HHV = 33950 C + 144200 τ‰€π»2− 𝑂28τ‰ + 9400 S ...............[3]

Dimana:
HHV = Nilai kalor atas (kj/kg)
C       = Persentase karbon dalam bahan bakar
H2     = Persentase hidrogen dalam bahan bakar
O2    = Persentase oksigen dalam bahan bakar
S       = Persentase sulfur dalam bahan bakar

Nilai kalor bawah (Low Heating Value,LHV), merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air.

Umumnya kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15% yang berarti dalam satu satuan bahan bakar 0,15 bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah mol dari jumlah hidrogennya.
Selain berasal dari pembakaran hydrogen, uap air yang terbentuk pada proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam bahan bakar (moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 KN/m2 (tekanan yang umum timbul pada gas buang) adalah sebesar 2400 kj/kg, sehingga besarnya nilai kalor bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:

LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2) ...................[4]

dimana:
LHV = Nilai kalor bawah (kj/kg)
M      = Persentase kandungan air dalam bahan bakar (moisture)

Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat mengggunakan nilai kalor bawah (LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena nilai tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME (American of Mechanical Enggineers) menentukan penggunaan nilai kalor atas (HHV), Sedangkan peraturan SAE (Society of Automotive Enggineers) menentukan penggunaan nilai kalor bawah (LHV).
C. Efisiensi Thermal Brake
Kerja ang dihasilkan selalu lebih kecil dari pada energy yang dibangkitkan piston karena sejumlah enegi hilang akibat adanya rugi-rugi mekanis (mechanical losses).
Dengan alas an ekonomis perlu dicari kerja maksimium yang dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini disebut juga sebagai efisiensi termal brake (brake thermal efficiency,Ξ·b).

                      π·π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘˜π‘’π‘™π‘’π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘Žπ‘˜π‘‘π‘’π‘Žπ‘™
Ξ·b = -------------------------------   .......................................[5]
        πΏπ‘Žπ‘—π‘’ π‘π‘Žπ‘›π‘Žπ‘  π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘šπ‘Žπ‘ π‘’π‘˜

Laju panas yang masuk Q, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Q = mf” . LHV ...................................................................[6]

Jika daya keluaran P dalam satuan KW, laju aliran bahan bakar mf dalam satuan kg/jam, maka:
                               P
Ξ·b =.  -----------    3600  ...................................................[7]
         π‘šπ‘“”x𝐿𝐻𝑉 .



D. Emisi Gas Buang
Bahan pencemar (polutan) yang berasal dari kendaraan bermotor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut :
1. Sumber
Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC), langsung dibuangkan ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan. Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.
2. Komposisi Kimia
Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau fosfor, contohnya : Hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan lain-lain. Polutan inorganik seperti :karbon monoksida(CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya.
3. Bahan Penyusun
Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan cairan seperti : debu, asap, abu, kabut dan spray, partikulat dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.
a). Partikulat
Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar dengan udara, sehingga terjadi tingkat ketebalan asap yang tinggi. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan.
Apabila butir-butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan kedalam silinder motor terlalu besar atau apabila butir–butir berkumpul menjadi satu, maka akan terjadi dekomposisi yang menyebabkan terbentuknya karbon–karbon padat atau angus. Hal ini disebabkan karena pemanasan udara yang bertemperatur tinggi, tetapi penguapan dan pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada didalam silinder tidak dapat berlangsung sempurna, terutama pada saat–saat dimana terlalu banyak bahan bakar disemprotkan yaitu pada waktu daya motor akan diperbesar, misalnya untuk akselerasi, maka terjadinya angus itu tidak dapat dihindarkan. Jika angus yang terjadi itu terlalu banyak, maka gas buang yang keluar dari gas buang motor akan bewarna hitam.
b.) Unburned Hidrocarbon (UHC)
Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena campuran udara bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada campuran kurus bila suhu pembakarannya rendah dan lambat serta bagian dari dinding ruang pembakarannya yang dingin dan agak besar. Motor memancarkan banyak hidrokarbon kalau baru saja dihidupkan atau berputar bebas (idle) atau waktu pemanasan.
Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan gas buang meningkatkan penguapan dari bahan bakar dan mencegah pemancaran hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon tertentu selalu ada dalam penguapan bahan bakar, di tangki bahan bakar dan dari kebocoran gas yang melalui celah antara silinder dari torak masuk kedalam poros engkol yang disebut dengan blow by gasses (gas lalu). Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon. Hal ini pada motor diesel terutama disebabkan oleh campuran lokal udara bahan bakar tidak dapat mencapai batas mampu bakar.
c.) Carbon Monoksida (CO)
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Gas ini akan dihasilkan bila karbon yang terdapat dalam bahan bakar (kira–kira 85 % dari berat dan sisanya hidrogen) terbakar tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran udara bahan bakar lebih gemuk dari pada campuran stoikiometris dan terjadi selama idling pada beban rendah atau pada output maksimum. Karbon monoksida tidak dapat dihilangkan jika campuran udara bahan bakar gemuk. Bila campuran kurus karbon monoksida tidak terbentuk.
d.) Oksigen (O2)
Oksigen (O2) sangat berperan dalam proses pembakaran, dimana oksigen tersebut akan diinjeksikan keruang bakar. Dengan tekanan yang sesuai akan mengakibatkan terjadinya pembakaran bahan bakar.


0 comments:

Post a Comment